Gereja Katolik di Indonesia telah mengubah sejumlah fasilitas gereja menjadi pusat karantina bagi orang-orang tidak mampu dan petugas kesehatan yang terpapar virus corona.
Di Jawa Tengah, kongregasi Suster St. Carolus Borromeo (CB) menawarkan 154 kamar rumah retretnya di Keuskupan Semarang dan Yogyakarta sebagai fasilitas karantina.
Suster Yustiana Wiwiek Iswanti mengatakan prioritas diberikan kepada orang miskin dan petugas kesehatan yang berada di garis depan dalam merawat pasien COVID-19.
Tempat-tempat tersebut didukung oleh sumbangan, kata Suster Franka, bendahara kongregasi, dalam sebuah laporan AsiaNews. Suster itu mengatakan sebagian besar sumbangan berasal dari mantan siswa-siswi sekolah Katolik yang dikelola tarekat itu.
Suster-suster St. Carolus Borromeo mengelola beberapa sekolah dan lembaga pendidikan di berbagai tempat di Indonesia.
Sementara itu, Serikat Yesus atau Yesuit juga telah membuka fasilitas mereka untuk dipakai oleh pasien COVID-19.
Keuskupan Agung Jakarta sebelumnya telah mengubah Pusat Pastoral Samadi menjadi tempat isolasi.
Sekitar 90 suster, imam dan petugas di Samadi merawat sekitar 60 pasien di tempat itu, kata Pastor Yustinus Ardianto, imam yang bertanggung jawab atas Wisma Samadi.
“Bagi saya, proses penyembuhan bukan hanya tentang obat-obatan, tetapi juga lingkungan yang nyaman,” kata imam itu.

“Tempat ini terbuka untuk semua orang tanpa memandang latar belakang mereka,” kata Pastor Yustinus. “Siapa pun disambut dengan hangat di sini, terutama yang miskin,” katanya.
“Kita saudara dan saudari satu sama lain,” katanya.
Rumah sakit, khususnya di pulau Jawa dan Bali, mengalami lonjakan jumlah pasien selama sebulan terakhir karena tingkat infeksi dan kematian COVID-19 telah mencapai rekor tertinggi yang disebabkan oleh varian Delta yang penularannya sangat cepat.
Indonesia mencatat jumlah kematian paling tinggi dengan total 2.069 kematian pada hari Selasa.
Jumlah kasus infeksi hingga hari Minggu telah mencapai lebih dari 3,4 juta dengan 97.291 kematian. Dengan pengujian yang buruk, angka sebenarnya bisa jauh lebih tinggi.
Tingkat kematian Indonesia dalam kurun waktu tujuh hari mencapai rata-rata 6,5 per juta pada 1 Agustus, kedua setelah Myanmar dan jauh lebih tinggi dari tingkat puncak di India yakni 3,04 yang dicapai pada Mei.
Lebih dari 1.200 petugas kesehatan di Indonesia meninggal akibat COVID-19, termasuk 598 dokter, menurut Ikatan Dokter Indonesia.