Para pemimpin gereja Katolik di Sri Lanka membantah klaim yang dibuat oleh seorang politisi yang mengatakan bahwa Kardinal Malcolm Ranjith, uskup agung Kolombo, mengetahui rencana serangan bom Paskah 2019.
Dalam pernyataan yang dikeluarkan pada 20 September, para pemimpin gereja mengecam tudingan yang dibuat oleh anggota parlemen Harin Fernando yang mengatakan kardinal mungkin telah diperingatkan tentang serangan itu.
Mereka mengaku “terkejut” dengan pernyataan Fernando di hadapan Komisi Penyelidikan Presiden tentang Serangan Minggu Paskah.
Pada Minggu Paskah tahun lalu, tiga gereja dan beberapa hotel di Sri Lanka menjadi sasaran dalam serangkaian pemboman bunuh diri oleh kelompok militan Islam lokal yang menewaskan sedikitnya 267 orang.
“Karena itu, kami mengecam upaya kekanak-kanakan Bapak Fernando ini untuk mencari alasan atas kesalahannya sendiri yang berat dan melontarkan penghinaan yang tidak dapat dibenarkan dan tidak berdasar terhadap Kardinal Ranjith,” bunyi pernyataan yang ditandatangani oleh tiga uskup pembantu dari Keuskupan Agung Kolombo.
Fernando mengatakan dalam kesaksiannya di depan komisi kepresidenan bahwa Kardinal Ranjith biasanya merayakan Misa Paskah kecuali pada hari serangan bom.
“Tidak ada Misa utama yang dipimpin oleh Uskup Agung Kolombo. Kemudian saya baru tahu bahwa ada Misa Malam Paskah pada 20 April, ”ujarnya yang dilansir Daily Mirror (Sri Lanka).

Para uskup Kolombo mengatakan Fernando hanya mencoba membela diri dengan menyeret kardinal “ke dalam ciptaan pikirannya yang fiktif,” dan menambahkan bahwa tuduhan itu “murni praduga.”
Para uskup mengatakan Kardinal Ranjith memimpin perayaan kebaktian Malam Paskah pada tengah malam pada Sabtu, 20 April 2019, yang dilanjutkan dengan Misa Minggu Paskah di Katedral St.Lucia.
Prelatus itu merayakan Misa lainnya di Rumah Uskup Agung pada pagi hari tanggal 21.
“Setelah Misa kedua dia menerima informasi tentang serangan bom di Gereja St. Antonius, dan dia bergegas ke Kotahena untuk memastikan situasinya dan mencoba menghibur mereka yang terkena dampak, ” bunyi pernyataan para uskup.
Para uskup menegaskan kembali bahwa Gereja Katolik “sepenuhnya mempercayai” penyelidikan yang dilakukan oleh pihak berwenang “untuk memberikan keadilan kepada ratusan orang tak bersalah yang kehilangan nyawa atau cacat seumur hidup”.
“Keadilan harus menang dengan cara apa pun,” kata para uskup dalam pernyataan mereka.
Pemerintah Sri Lanka telah dikritik karena gagal menindaklanjuti peringatan dari intelijen asing tentang serangan tersebut.