Pendeta Ch Prabhudas dan keluarganya terbangun pada tengah malam karena mendengar teriakan keras dari sesama warga desa.
Pendeta Protestan berusia 63 tahun itu keluar rumah dan mendapati mobilnya terbakar dan gereja tempat ia biasa mewartakan Injil juga terbakar.
“Penduduk setempat mencoba memadamkan api dengan ember berisi air dan kantong pasir,” kata Pastor Prabhudas tentang kejadian pada 9 September itu.
“Dusun kami tidak dapat diakses oleh petugas pemadam kebakaran, jadi kami harus memadamkan apinya sendiri untuk menyelamatkan rumah Tuhan,” katanya.
Mobil tersebut hancur total oleh api sementara gereja rusak sebagian.
Pendeta Prabhudas, istri, putri dan putranya telah tinggal di desa Ponduru di negara bagian Andhra Pradesh di India tenggara selama 38 tahun. Ini adalah kejadian terburuk yang mereka alami sejak tinggal di sana.
“Meskipun kami telah menerima ancaman dan intimidasi dari kelompok ekstremis Hindu, kami tidak pernah menyangka hal seperti itu akan terjadi pada kami,” katanya.

Keesokan paginya setelah kebakaran, Pendeta Prabhudas diberitahu oleh penduduk setempat bahwa beberapa umat Hindu garis keras telah membakar gereja dan mobilnya dengan minyak tanah.
“Beberapa orang setempat mengatakan bahwa oknum-oknum jahat ini juga berencana untuk membakar rumah saya tetapi tidak jadi karena dilihat oleh penduduk setempat, ”katanya.
Jessu Marri, seorang anggota gereja, mengatakan bahwa laporan telah disampaikan ke kantor polisi setempat. “Beberapa anggota polisi datang ke lokasi dan mencatat pernyataan dari penduduk setempat, tapi sejauh ini belum ada yang ditangkap,” katanya.
Marri mengatakan bahwa setelah kebakaran terjadi rasa takut semakin meningkat di antara komunitas Kristen di desa tersebut. “Kami tidak tahu apakah suatu saat rumah kami juga diserang dan dibakar seperti yang terjadi pada gereja,” kata Marri.
Putra pendeta Prabhudas, Jeevan Joti, yang melakukan pelayanan dengan ayahnya, mengatakan desa mayoritas Hindu itu memiliki sekitar 60 keluarga Kristen.
“Kami tidak mendapat ancaman dari penduduk desa setempat,” kata Jeevan. “Meskipun kami menganut agama yang berbeda, kami hidup dalam damai dan harmoni di sini, tetapi hanya ada beberapa kelompok ekstremis yang membuat keretakan dan menabur benih perselisihan antara umat Kristen dan Hindu.”
Jeevan dan ayahnya melakukan perjalanan ke wilayah pedesaan untuk memberitakan Injil dan dalam beberapa tahun terakhir mereka terus mendapat intimidasi dari kelompok ekstremis Hindu.
“Mereka terkadang menyebut kami agen asing yang datang untuk mencemari budaya India, penjahat yang mencemari pikiran Hindu yang murni. Mereka mencoba menghasut orang untuk melawan kami, ”kata Jeevan.
“Jika ada warga desa yang sekarang terlihat menghadiri kebaktian di gereja kami, orang itu diserang, dan keluarganya diasingkan oleh kelompok Hindu,” katanya.
Pastor Prabhudas mengatakan bahwa beberapa hari sebelum kebakaran di gereja terjadi, dia dan putranya diserang oleh massa di sebuah desa tempat mereka mewartakan Injil.
“Ada seorang pendeta Hindu yang mengerahkan lebih dari 50 orang untuk melawan kami dan kami diserang dari segala arah. Untung beberapa penduduk setempat yang menyelamatkan kami dari hukuman gantung, ”katanya.