Paus Fransiskus terpaksa membatalkan perjalanan ke Timor-Leste karena wabah virus corona, yang telah dinyatakan sebagai pandemi oleh Organisasi Kesehatan Dunia.
Perwakilan Vatikan di Timor-Leste, Monsignor Marco Sprizzi, mengatakan kepada wartawan di ibukota Timor-Leste, Dili, bahwa paus telah membatalkan perjalanan “karena dia tidak ingin warganya terkena dampak virus corona,” Associated Press melaporkan.
Monsignor Sprizzi secara khusus mengacu pada kerumunan besar manusia yang akan berkumpul dalam acara kunjungan semacam itu sebagai alasan di balik keputusan paus.
Meskipun Takhta Suci tidak pernah mengkonfirmasi perjalanan ke Timor-Leste, pada bulan Januari seorang ulama Muslim terkemuka mengatakan Paus Fransiskus telah menyatakan niatnya untuk mengunjungi Indonesia, Timor-Leste, dan Papua Nugini pada bulan September.
Bulan berikutnya, sumber-sumber diplomatik menegaskan kembali bahwa Paus Fransiskus sedang mempertimbangkan untuk mengunjungi tiga negara itu untuk membantu mempromosikan dialog antar-agama.
Timor-Leste memperoleh kemerdekaan dari Indonesia pada tahun 1999 setelah pendudukan selama puluhan tahun. Negara kecil itu berpenduduk hanya di bawah 1,3 juta orang, 98 persen di antaranya adalah Katolik. Paus St. Yohanes Paulus II mengunjungi negara itu pada tahun 1989.
Papua Nugini, sebuah negara yang mayoritas penduduknya beragama Kristen yang menempati bagian timur pulau New Guinea, adalah 26 persen Katolik, menurut angka sensus sebelumnya. Bagian barat Papua Nugini adalah bagian dari Indonesia.
Paus St. Yohanes Paulus II mengunjungi Papua Nugini dua kali, yang pertama pada tahun 1984 untuk peringatan seratus tahun kedatangan misionaris pertama di PNG. Kunjungannya berikutnya adalah pada tahun 1995 untuk beatifikasi Peter To Rot yang diyakini telah dibunuh karena keyakinannya oleh pasukan pendudukan Jepang selama Perang Dunia II.

ementara itu, Paus Fransiskus mengadakan audiensi umum virtual pertamanya pada 12 Maret sebagai bagian dari upaya untuk menghentikan penyebaran virus corona.
Audiensi umum biasanya diadakan di Lapangan Santo Petrus, dan menarik perhatian puluhan ribu orang.
Paus Fransiskus, yang telah membatalkan semua kegiatan publik yang serupa, mengatakan dia merasa dekat dengan “semua orang sakit, yang tertular virus dan yang menderita penyakit serta banyak orang yang menderita ketidakpastian.”
Paus yang berusia 83 tahun itu berterima kasih kepada staf medis dan sukarelawan yang bekerja “di masa yang sangat sulit ini.” Italia adalah negara yang terkena dampak terburuk di dunia setelah Cina, dengan sekitar 631 kematian dan 10.149 kasus terkonfirmasi.
Takhta Suci juga telah membatalkan pertemuan dan konferensi, membatasi perjalanan para staf dan menutup museumnya untuk umum.
Tambahan dari Reuters