Transmisi virus corona secara lokal di Manila, ibukota Filipina, sudah mulai mempengaruhi gereja.
Keuskupan Agung Manila mendesak paroki-paroki untuk mempersiapkan “dampak ekonomi” dari penyebaran virus itu pada pelayanan gereja.
“Kita perlu berhemat pada saat krisis yang akan datang ini,” kata Uskup Broderick Pabillo, administrator apostolik keuskupan agung itu dalam surat pastoral.
“Mari kita membuat lembaga gereja kita cepat tanggap,” katanya, dan menambahkan bahwa “pada saat ini, pengeluaran dialokasikan hanya untuk hal-hal yang penting saja untuk menghadapi segala kemungkinan.”
Prelatus itu mendesak paroki-paroki untuk “menangguhkan pembelian barang modal” dan membuat program gereja “berhemat”.
“Kita harus berhemat, mari kita masukkan pada Dana Ketahanan Bencana,” katanya. “Dengan cara ini, dalam kasus kita tidak punya kolekte, kita dapat mempertahankan gaji karyawan dan mempertahankan lembaga gereja kita.”
Uskup juga meminta umat beriman yang sakit atau memiliki gejala mirip flu, dan yang batuk, untuk mencari pertolongan medis dan tinggal di rumah.
“Kita perlu mengambil tindakan pencegahan dalam semangat cinta kasih bagi semua,” kata Uskup Pabillo dan meminta semua orang “untuk mengintensifkan doa kita untuk meminta perlindungan dan campur tangan Ilahi.”
Dia mengatakan umat beriman dapat mengikuti Misa online.
Untuk gereja, uskup memerintahkan penggunaan disinfektan di bangku, kursi, gagang pintu, dan penutup mikrofon.
Dia juga mendesak pemasangan pembatas agar orang tidak menyentuh atau mencium patung dan gambar.
“Buka jendela dan pintu setelah Misa dan matikan AC agar udara, panas, dan sinar matahari bisa masuk,” kata Uskup Pabillo.

Sementara itu, Uskup Ruperto Santos dari Balanga, mengatakan keputusan apakah akan membatalkan Misa publik atau tidak, tergantung pada para uskup dari keuskupan masing-masing.
Dia mengatakan konferensi para uskup Katolik hanya dapat merekomendasikan tetapi keputusan akhir akan diserahkan kepada para uskup.
Di keuskupannya, Uskup Santos mengatakan, dia tidak akan memerintahkan pembatalan Misa.
“Kami akan melanjutkan tradisi,” katanya.
Namun, uskup itu meyakinkan bahwa tindakan pencegahan yang diperlukan telah diberikan, misalnya pembersih, penggunaan masker wajah selama pengakuan dosa, dan menerima komuni dengan tangan.
Prelatus itu juga mengingatkan umat beriman untuk selalu mencuci tangan dan menjaga kebersihan.
“Manfaatkan sapu tangan saat bersin, atau batuk,” katanya.
Dia juga mendesak mereka yang berencana untuk pergi ke Tanah Suci saat Prapaskah ini untuk berziarah agar menunda perjalanan mereka dan memprioritaskan keselamatan pribadi mereka.
“Beberapa tempat suci ditutup bagi peziarah, dan jumlah peziarah ke tempat tertentu dibatasi,” katanya.
Uskup Santos mengatakan apa yang harus dilakukan umat beriman saat ini adalah lebih banyak berdoa.
Filipina telah mengumumkan darurat kesehatan di tengah kekhawatiran yang berkembang bahwa virus yang ditakuti itu telah menyebar di ibu kota Manila tanpa terdeteksi.
Setidaknya 24 kasus kasus baru virus corona di negara ini telah dikonfirmasi oleh Presiden Rodrigo Duterte.
Dia telah memerintahkan sekolah di ibukota diliburkan pada 10-14 Maret.
Sebelum pengumuman Duterte, jumlah pasien meningkat dua kali lipat dari 10 menjadi 20 pada hari yang sama saat Departemen Kesehatan menerima hasil tes positif untuk penyakit mematikan tersebut.
Para pejabat kesehatan mengatakan lonjakan tiba-tiba dalam jumlah kasus adalah hasil dari transmisi lokal yang baru diketahui.
Pada 10 Maret, pejabat kesehatan Filipina mengumumkan bahwa mereka memverifikasi laporan bahwa warga negara asing kedua telah meninggal di akibat COVID-19.
Sekretaris Kesehatan Francisco Duque mengatakan ia menerima informasi yang tidak terverifikasi bahwa seorang pasien Amerika dengan kondisi medis yang sudah ada sebelumnya meninggal karena penyakit pernapasan sebelum fajar.